Qomaruddin.com – Ribuan santri hadiri acara puncak haul KH. Sholeh Tsani ke-125 yang digelar pada Kamis siang (7/12/2023) di halaman SMA Assa’adah. Dari pantuan Qomaruddin Media, acara puncak itu dihadiri santri dari berbagai daerah, mulai dari Gresik, Lamongan, Tuban, hingga pulau madura.
Tradisi tahunan yang diadakan di pekan terakhir bulan Jumadil Awwal itu agak berbeda dengan sebelumnya yang digelar 3 hari. Namun, di tahun ini, acara digelar selama dua hari pada Rabu-Kamis (6-7 Desember 2023). Selain itu, tahlil putra dan putri dilangsungkan secara bersamaan di satu tempat.
Dalam sambutan tuan rumah, Fandi Akhmad Yani (Gus Yani) menyampaikan bahwa Haul KH. Sholeh Tsani merupakan tradisi yang sudah mengakar. Tradisi Haul di Bungah itu “Tidak hanya mendoakan pendahulu, tapi juga menjadi sarana bersilaturrahmi yang mungkin tidak ada di luar daerah manapun.”
Gus Yani juga menyampaikan pentingnya menjadi santri yang berintegritas dan santri yang punya kualitas diri, terutama di tengah gerusan kemajuan industri besar di Gresik. “Sebagai santri, kita harus punya pondasi, menjadi santri yang berintegritas, dan santri yang punya kualitas diri. Banyak orang pinter, tapi tidak paham pintar itu bagaimana … makanya kita harus akas ngajine,” tutur Gus Yani.
Atas nama keluarga, Gus Yani menyampaikan terima kasih atas kehadiran para tamu undangan. “Mudah-mudahan kita terus rajin istiqamah terus mendatangi majelis haul, majelis ilmu,” tambahnya.
Staf Ahli Gubernur Jatim, Hendro Gunawan menyampaikan bahwa kegiatan Haul KH. Sholeh Tsani Sampurnan Bungah perlu dilestarikan karena di dalamnya mempunyai arti dan manfaat yang cukup baik, diantaranya silaturahmi dan meningkatkan ukhuwah islamiyah diantara para kiai, ulama, dan para santri dan hadirin yang hadir di sini.
“Selain itu, melalui peringatan haul, kita juga akan mengenang sejarah kehidupan dan pengabdian KH. Sholeh Tsani dalam mengembangkan pondok pesantren Qomaruddin … tapi perjuangan beliau tetap memberikan dasar modal dan nilai-nilai bagi santri untuk menjadi teladan,” kata Hendro Gunawan dalam sambutannya mewakil Gubernur Jatim.
Dalam pemaparan manaqib KH. Sholeh Tsani, Kiai Mudlofar Usman lebih banyak memaparkan sanad keilmuan fikih dari KH. Sholeh Tsani, yang merupakan cucu murid dari pengarang kitab Safinatun Najah, yaitu Syekh Salim bin Sumair al-Hadrami. Kiai Sholeh Tsani adalah murid dari KH. Nidhomuddin Kedung Meduro, yang merupakan murid langsung dari Syekh Salim.
“Kita ucapkan terima kasih kepada IKBAL Qomaruddin sudah melakukan beberapa kegiatan, mulai dari kajian manuskrip hingga tahqiq. Karena dengan diluncurkannya Kitab al-Safinah bi Riwayati KH. Sholeh Tsani Bungah … sama dengan teman-teman dari IKBAL Qomaruddin mendidik dan mengajarkan kita semua untuk mengenal ilmu melalui sanad ilmu yang bisa dipertanggungjawabkan,” kata Kiai Mudlofar.
Menurut Kiai Mudlofar, Pemangku Pondok Pesantren adalah orang-orang yang senantiasa memperjuangkan agama Islam melalui tabiyah keilmuan yang bisa dipertanggungjawabkan, termasuk KH. Sholeh Tsani.
“Kebetulan dalam catatan kitab Syarhul Kholil, Kitab Syarah Jurumiyah, yang disyarahi syaikhona Kholil Bangkalan, pada saat Kiai Basyir memangku, Kiai Kholil mondok di Sampurnan. Hanya saja tidak ada catatan resmi berapa lama beliau mondok,” tutur Kiai Mudlofar.
Dalam sambutan beliau, Pengasuh Pondok Pesantren Qomaruddin KH. M. Ala’uddin juga menjelaskan tentang dua makna kehadiran masyarakat dalam event-event semacam haul. Makna pertama adalah ceklok, mengisi kehadiran, ngaturi pirso pada Kiai bahwa para santri hadir sowan pada beliau. Makna kedua adalah logika luber doa. Para santri dan masyarakat hadir dalam event semacam haul untuk membuat luber pahala yang dicurahkan pada Sahibul-Haul. Luberan pahala dari doa tersebutlah yang diharapkan barokahnya mengaliri para hadirin.
Senada dengan penjelasan Kiai Ala’uddin, KH. Reza Ahmad Zahid menyampaikan dalam acara inti, mauidhoh hasanah, bahwa doa para salih-alim yang telah wafat lebih tajam dan mustajab. Beliau mengutip Sulaiman Hilmi Tuna’an dari Turki yang mengatakan “اذا مات صالح فكانه سيف خرج من غمده” (ketika seorang salih/alim wafat, maka ia seperti pedang yang keluar dari sarungnya).
Beliau juga berpesan agar keluarga Pondok Pesantren, baik pengasuh, santri, dan masyarakat, tetap merawat dan menjaga tradisi dan prinsip yang diwarisi dari leluhur. Seperti pepatah, “generasi yang tidak memahami sejarah masa lalu leluhurnya bagaikan pohon tanpa akar,” mungkin terlihat besar dan kuat dari luar namun tidak memiliki apapun di dalamnya.
Acara kemudian ditutup dengan doa dari tiga KH. Makki Nasir (Bangkalan), Habib Ahmad bin Abu Bakar (Gresik), dan Habib Abdul Qadir Assegaf (Gresik). Rangkaian Haul KH. M. Sholeh Tsani ke-125 kemudian dilanjutkan dengan Shalawat Hadrah pada Kamis malam Jumat (7/12).