Qomaruddin.com – Pada malem songolikur (malam ke-29) tahun ini (10/5) Pondok Pesantren Qomaruddin mengadakan kegiatan rutin tahunan yang dikenal dengan Dzikir Saman. Di daerah Bungah Dzikir Saman diadakan dua kali dalam satu tahun; saat Ramadan di Pondok Pesantren Qomaruddin dan saat Zulhijjah di Masjid Kiai Gede Bungah.
Ini adalah Dzikir Saman pondok kedua yang digelar di masa pandemi Covid-19 melanda, dan karena itu ini adalah Dzikir Saman kedua yang diadakan dengan peserta terbatas dan dengan protokol kesehatan. Sebelumnya, Dzikir Saman adalah semacam momen reunian ketiga bagi alumni selain haul Bungah dan idulfitri.
Selain pembatasan peserta dan penerapan protokol kesehatan, Dzikir Saman tahun ini tetap diadakan seperti biasa. Dimulai ba’da tarawih di Langgar Agung, acara dipandu oleh Ust. Ahmad Isa dan diawali dengan sambutan dari pengasuh oleh K.H. Moh. Iklil Sholih. Dalam sambutan, beliau mendorong regenerasi pemimpin Dzikir Saman demi terus berlangsungnya tradisi ini. Momentum yang hanya dua kali tiap tahun beliau khawatirkan berakibat pada kurangnya perhatian pada regenerasi ini.
Poin kedua yang beliau sampaikan adalah pentingnya Dzikir Saman sebagai salah satu manhaj berzikir pada Allah, kedudukan ahli zikir dalam pandangan Allah, dan keutamaan yang mereka dan masyarakat akan dapatkan. Mengutip Surat Fuṣṣilat (41): 31-32, beliau menjelaskan bahwa ahli zikir dijanjikan surga, kedekatan khusus dengan malaikat, dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Acara dilanjutkan dengan Dzikir Saman yang dipimpin oleh K.H. Abdul Kholiq Sholih dengan dibantu oleh Gus Ishom, dan Gus Ahmad Syahid dan Ust. Masykuri Hasan sebagai qari’. Secara singkat, Dzikir Saman adalah bacaan tahlilan dengan beberapa tambahan pada bagian utama tahlil (bacaan lā ilāha illallāh). Sejak awal acara hingga awal tahlil, peserta duduk seperti biasa.
Setelah memasuki bagian pembacaan tahlil, beberapa variasi bacaan dibaca. Peserta masih duduk seperti biasa. Setelah beberapa variasi tersebut, sang qari’ (pada tahun ini Ust. Masykuri Hasan) membacakan beberapa ayat dan ini adalah pertanda masuk ke fase selanjutnya. Dalam tahap ini, semua lampu dipadamkan, peserta berdiri dan pimpinan zikir akan membacakan beberapa variasi yang pada intinya adalah munajat pada Allah.
Setelah variasi selesai (juga ditandai dengan pembacaan ayat oleh sang qari’), peserta kembali duduk dan lampu kembali dinyalakan. Bacaan kemudian dilanjutkan hingga akhir bacaan tahlilan dan ditutup dengan doa. Pada tahun ini, K.H. Ma’shum Luthfillah memimpin bacaan doa.
Semoga seperti yang disampaikan oleh Kiai Iklil, bi-barokatil-kalimāt aṭ-ṭayyibah yang dibaca dalam Dzikir Saman dan berkah para ahli Dzikir Saman, Allah memberikan kebaikan-kebaikan dunia dan akhirat pada umat Islam, terutama masyarakat Bungah dan santri-alumni Pondok Pesantren Qomaruddin.