Haul Kiai Qomaruddin Ke-267, KH. M. Ala’uddin: Bangga Boleh, Tapi Jangan Sampai Sombong

Qomaruddin Media

Qomaruddin Media

Haul Kiai Qomaruddin Ke-267, KH. M. Ala'uddin Bangga Boleh, Tapi Jangan Sampai Sombong.

Qomaruddin.com — Pada Kamis (19/06/2024), siang hari, Pondok Pesantren Qomaruddin dipadati oleh ratusan zuriah, santri, dan warga Bungah. Mereka khidmat mengikuti Haul Kiai Qomaruddin dan Nyai Kabsyah Ke-267 dengan tujuan silaturrahmi, kirim doa, mengingat, dan meneladani muasis, khususnya Kiai Qomaruddin yang mendirikan Pondok Pesantren Qomaruddin pada tahun 1747.

Tampak hadir dalam acara haul: Kiai Adjmain, KH. Ali Musthofa, KH. Ali Murtadlo, Gus Zulfikar (Putra KH. Agus Sunyoto), KH. Umar Toha (Gresik), Gus Zamroni (Rengel), Gus Munib (Bojonegoro), Khuwailid (Manyar), Mudhofar Usman (Manyar), dan beberapa keluarga dari luar kota lainnya.

Sebelum acara tahlil, di pagi hari, digelar khataman di Masjid Kanugrahan. Masjid itu terletak di dalam satu area makam Kiai Qomaruddin dan tercatat sebagai masjid perempuan ‘sepuh’ yang berusia hampir satu abad. Pada hari sebelumnya, Rabu (18/06/2024), digelar pula khataman dan tahlil khusus untuk jamaah putri dengan lokasi yang sama.

Berbeda dengan tahun sebelumnya, biasanya tahlil putra digelar satu hari lebih awal sebelum tahlil putri. Namun, pada edisi tahun ini tahlil putri dilakukan terlebih dahulu. Menurut, K. Mudlofar Usman, ‘rumus’ perhitungan haul Kiai Qomaruddin adalah “Senin-Kamis-Jumat”. Jika tasyrik ketiga itu adalah Kamis, maka haul putri diadakan sebelumnya. “Karena kalau Jumat, habis tasyriknya. Maka diadakan Rabu,” tutur K. Mudlofar Usman, selaku sesepuh dan pengamat sejarah Qomaruddin.

KH. Ala'uddin saat menyampaikan sambutannya dalam acara Haul Kiai Qomaruddin

Pemangku Pondok Pesantren Qomaruddin, KH. M. Ala’uddin menghaturkan banyak terima kasih atas kerawuhan para keluarga, santri, warga, dan alumni Qomaruddin. Selain itu, KH. M. Ala’uddin berpesan agar jangan menyombongkan nasab kita. Boleh berbangga, tapi tidak boleh membangga-banggakan.

“Alhamdulillah, kita semua termasuk keturunan dan santri dari ulama yang istimewa. Ini adalah suatu kebanggan, cuman tidak boleh membangga-banggakan. Karena itu sombong. Kalau sudah sombong, nanti digunakan untuk bentrok, tukaran,” pesannya.

Ahmad Isa saat menyampaikan manaqib dalam Haul Kiai Qomaruddin

Sementara itu, dalam pembacaan manaqib singkat Kiai Qomaruddin, Ahmad Isa menyampaikan bahwa Kiai Qomaruddin lahir di Desa Sluke, Bonang, sebuah daerah di Kabupaten Rembang sekarang. Hal itu didasarkan pada data tulisan KH. Abdurrahman bin Abdussalam, manuskrip “Qisshoh Kanugrahan”.

Ahmad Isa juga menyampaikan bahwa ada riwayat yang menyatakan bahwa Kiai Qomaruddin adalah keturunan Kiai Mutamakkin Cebolek.

“Kemarin saya ke Lasem, di sana kan ada tokoh bernama Kiai Jumali. Kami beberapa hari yang lalu dari sana, (kami) menemukan cerita bahwa Kiai Qomaruddin itu keturunan Kiai Mutamakkin Cebolek,” tutur Ahmad Isa dalam acara yang juga disiarkan secara live streaming di kanal YouTube Pondok Qomaruddin.

Setelah manaqib, acara haul dilanjutkan dengan pembacaan tahlil yang dipimpin oleh Kiai Muhsyi dari Pondok Pesantren Al-Karimi, Tebuwung. Kemudian doa tahlil dipimpin oleh beberapa kiai secara bergantian.

Artikel Terkait

Leave a Comment